ERP si Pengganti Sistem 3 in 1 di Jakarta
Canggih tapi akan membuat kontrovesi di kalangan pengguna jalan, gimana tidak? Mobil akan kena charge Rp 20 ribu dan motor Rp 7 ribu (detik.com). Wuak...mahal kan jalan-jalan di Jakarta! ERP di Jakarta kemungkinan besar sebagai bentuk Congestion Pricing atau pengguna kendaraan pribadi akan dikenakan biaya jika mereka melewati satu area atau koridor yang macet pada periode waktu tertentu. Biaya yang dikenakan juga bertujuan untuk memberikan kesadaran kepada pengguna kendaraan pribadi bahwa perjalanan mereka dengan kendaraan pribadi mempunyai kontribusi terhadap kerusakan lingkungan dan kerugian kepada masyarakat yang tidak mengunakan kendaraan pribadi.
Sebenarnya konsep ini sudah banyak diterapkan di kota Singapore, Oslo, Stockholm, dan London dengan konsep yang agak berbeda. Di Singapore, biaya untuk melewati daerah atau koridor ERP bervariasi berdasarkan rata-rata kecepatan jaringan. Harga yang bervariasi tersebut ditujukan untuk mempertahankan kecepatan antara 45-65 km/jam pada expressways dan 20-30 km/jam pada jalan arteri. Tujuan dari aplikasi ERP di London dan Stockholm adalah untuk mengurangi kemacetan, meningkatkan reliabilitas waktu perjalanan, dan mengurangi polusi udara.
Pertanyaan yang muncul, apakah Jakarta Siap? jika memang tujuan untuk mengurangi kemacetan, berarti pengguna kendaraan pribadi akan didorong untuk menggunakan kendaraan umum. Apakah kondisi kendaraan umum di Jakarta sudah layak? Anda lah yang bisa menilai, busway yang nyaman aja masih banyak kekurangan, bagaimana dengan kendaraan umum lainnya? Walaupun ERP sangat-sangat kontroversi untuk diterapkan, tetapi lambat laun Jakarta memang membutuhkan ERP asalkan transportasi umum ditingkatkan dari segi kenyamanan dan keamanan.
Sumber artikel: Detik.com dan tulisan Dr. Bambang Susantono (Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia) tentang ELECTRONIC ROAD PRICING (ERP) Salah Satu Solusi Masalah Kemacetan di Kota Jakarta
Komentar
Posting Komentar