Mutilasi Kepiting Demi Nafsu Manusia

Sore ini (9/4/2010) di stasiun Trans-7 menanyakan siaran yang menambah pengetauan saya tentang binatang dan kuliner. Di acara itu ditunjukan bagaimana cara membuat kepiting cangkang lunak. Sudah kebayang dong kalau mendengar masakan yang mengandung kata lunak, pasti kebayangnya adalah ayam tulang lunak atau bandeng duri lunak. Orang juga pasti tahu, untuk melunakan tulang atau duri biasanya digunakan panci oven bertekanan tinggi (kebetulan di rumah ada, jadi tau dech).
Kalau Anda beranggapan kepiting juga sama perlakuannya...Anda salah besar! Ternyata untuk melunakan cangkang kepiting dilakukan saat memeliharanya. Dan yang mengagetkan adalah caranya sangat tidak manusiawi...tidak hewani tepatnya. Bayangin saja, kepiting yang siap dikonsumsi, sebelumnya di-"Mutulasi" kaki capit dan kaki kecilnya baik kanan dan kiri! (Kasihan bukan?). Setelah di dipelihara selama 25 hari, selama 25 hari itulah si Kepiting buntung ini mengalami stress hebat, sampai-sampai harus ganti kulit dan menumbuhkan kaki-kaki barunya. (kayak cicak kalau buntutnya kepotong). Giliran selesai ganti kulit dan kakinya sudah tumbuh lagi, si kepiting harus segera ditangkap dan segera juga dibunuh dengan dimasukan ke freezer, jika tidak kulitnya jadi keras lagi. (Kasihan kan!)
Gara-gara teknik mutilasi ini, harga perkilo si kepiting jadi mahal. Namanya manusia, serakah, pinginnya enak. Dari Ayam, Ikan, sekarang kepiting. Manteb tuch kalau dimasak, tanpa repot-repot lagi menghilangkan kulit-kulit kerasnya ketika makan. Dimana ya bisa makan kepiting ginian?

Komentar